Komunitas komunikasi semakin bertambah setiap tahunnya. Di China, jumlah program komunikasi berkembang dari sekitar 600 di tahun 2006 menjadi sekitar 800 di tahun 2008 dengan jumlah dosen mencapai 10.000 (Fei, 2009). Di Indonesia sendiri, walaupun belum ada riset khusus tentang jumlah program studi komunikasi, terdapat 334 program studi yang mengandung kata komunikasi dan 326 diantaranya berada di bidang sosial. Secara khusus terdapat 231 program studi ilmu komunikasi, lima program studi penyiaran, 36 program studi hubungan masyarakat di level diploma (D3) dan tujuh program studi jurnalistik setingkat D3 dan D4. Sedangkan jumlah dosen yang terdaftar (memiliki nomor induk dosen nasional lebih kurang 600 orang (http://evaluasi.dikti.go.id/epsbed, 2011). Tentunya masih banyak dosen yang belum terdaftar dan juga adanya perguruan tinggi yang belum semuanya mendokumentasikan dosennya dengan baik. Walaupun demikian, data sementara ini memperlihatkan adanya sejumlah orang-orang yang bergerak dalam bidang komunikasi.
Demikian berkembangnya disiplin ilmu komunikasi memperlihatkan bahwa kebutuhan akan sarjana komunikasi semakin meningkat. Namun dalam pengembangan keilmuannya, secara umum dirasakan bahwa komunikasi sangat dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, ilmu komunikasi yang lahir di Amerika Serikat menyebabkan pengajaran, pengembangan, dan penggunaan komunikasi secara teoritis, metodologis, dan praksis dipengaruhi oleh negara asalnya. Kedua, pembahasan teori-teori kritis dalam memahami perubahan dan fenomena komunikasi sosial yang mengacu perspektif Eropa atau Amerika Serikat. Ketiga, pendekatan metodologi yang mengikuti pemahaman dari pandangan (post) positivistik, konstruktif/interpretatif, dan kritis tanpa melihat konteks yang terjadi di Indonesia. Keempat, penggunaan komunikasi praksis sebagai suatu solusi dalam perubahan dan fenomena komunikasi seringkali mengacu kepada studi komparasi dari negara-negara yang memiliki budaya dan sistem politik yang berbeda dengan Indonesia. S. Ishii (2000) dalam artikelnya di jurnal Human Communication (Vol. 4:1), yang berjudul “An emerging rationale for triworld communication studies from Buddhistic perspectives” mengatakan bahwa “Throughout the 20th century, the field of communication studies has been one-sidedly dominated by U.S. Eurocentric anthropocentered, individualistic, efficiency-oriented, positivistic theory and research“.
Keinginan untuk memiliki perspektif komunikasi yang berbeda dan diluar dari pandangan Barat (AS dan Eropa) sudah muncul sejak tahun 1970an. Hal ini ditandai dengan berdirinya East-West Center Institute oleh Wilbur Schramm di tahun 1973 di bawah East-West Center di Honolulu Hawaii. Salah satu publikasi yang muncul adalah Communication theory: Eastern and Western Perspectives (Kincaid, 1987). Kemudian di Singapura berdiri Asian Mass Communication and Information Centre (AMIC). Institusi ini menyelenggarakan workshop dan seminar terkait dengan komunikasi Asia dengan mempublikasikan Communication theory: The Asian Perspective (Dissayanake, 1988). Kemudian dari AMIC juga muncul jurnal Asian Journal of Communication yang menerbitkan edisi khusus berjudul “Toward an Asian Theory of Communication?” (Vol. 10, no. 2). Kemudian G. Wang dan V. Shen di tahun 2000 juga mempublikasikan tentang “Searching for the meaning of searching for Asian communication theories”. Selain itu muncul juga artikel dari Wang dan Eddie C. Y. Kuo (2010) yang mengungkapkan “The Asian communication debate: culture-specificity, culturegenerality, and beyond”. Wang juga dalam waktu menerbitkan “De-Westerning communication research: Changing questions and altering frameworks” di tahun 2011 ini.
Pada saat yang sama, Indonesia sebagai bagian dari Asia menghadapi berbagai tantangan untuk memposisikan dirinya sebagai negara yang memiliki bentuk dan pendekatan tersendiri dalam komunikasi. Sebagai negara demokrasi ketiga setelah Amerika Serikat dan India, Indonesia pada dasarnya memiliki sistem dan komunikasi politik yang unik dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya. Hal inilah yang mendorong salah seorang wakil Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) mengatakan bahwa sistem demokrasi Indonesia dapat menjadi role model bagi negara-negara lain (Okezone.com, 2011).
Kemudian, Indonesia adalah satu-satunya negara kepulauan berbasis maritim dengan panjang garis pantai lebih dari 81.000 km dan 17.508 pulau. Dalam konteks ketahanan nasional dan negara, diperlukan sistem komunikasi yang berbeda dengan lainnya. Sampai saat ini eksplorasi sistem pertahanan dan keamanan nasional dan negara masih belum banyak disentuh oleh pendekatan komunikasi. Sehingga munculnya diplomasi dan komunikasi dengan negara-negara tetangga masih dalam tingkat yang dinamis.
Dua hal yang disampaikan terkait dengan politik dan demokrasi serta pertahanan keamanan merupakan sebagian kecil dari problematika yang mesti diamati dari pendekatan komunikasi. Komunikasi sebagai solusi menjadi bagian yang penting dalam mengamati dan menjawab fenomena sosial. Hanya saja, pemanfaatan aplikasi komunikasi seperti jurnalistik, humas (public relations), iklan, media, program komunikasi dan lainnya dirasakan belum “membumi” sesuai dengan karakter budaya bangsa dan kepribadian nasional. Salah satu yang paling terlihat adalah pesan (konten). Saat ini isi pesan dalam jurnalistik baik cetak maupun siar masih ada yang melanggar kode etik jurnalistik, mengikuti tren barat, dan atau kurangnya memperlihatkan cerminan terhadap masalah-masalah yang peka dan sensitif dari sisi budaya Indonesia. Kemudian, fenomena yang menarik dalam humas atau public relations adalah munculnya organisasi sosial dan pendidikan yang mengikuti dan berafiliasi ke luar Indonesia. Hal ini memperlihatkan seolah-olah Indonesia tidak memiliki karakter sendiri atau hanya menjadi “pasar” baru bagi pendidikan dari luar. Belum lagi iklan yang terkadang memiliki talent dan setting “ke-barat-barat-an”, yang notabene target pasar maupun khalayaknya dari produk yang diiklankan adalah konsumen Indonesia. Kemudian terdapat juga media yang banyak memperlihatkan program acara yang berafiliasi atau sindikasi dari luar Indonesia dan juga tontonan film yang didominasi film-film asing. Ditambah lagi program-program komunikasi seperti wisata atau shopping yang memperlihatkan bahwa negara di luar Indonesia jauh lebih baik dibandingkan dengan keadaan pariwisata Indonesia. Kemudian bentuk yang menarik adalah bahwa masyarakat Indonesia dikenal senang bercerita, hidup dalam komunitas, dan sharing seperti munculnya komunitas-komunitas berbasis kepentingan, minat dan hobi serta menjadi konsepsi “arisan”.
Yang menarik adalah bahwa di tahun 2010 yang lalu, Indonesia sudah memasuki pasar bebas ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA). Kemudian di tahun 2011 ini Indonesia menjadi ketua ASEAN. Hal ini sebenarnya dapat mempermudah dan memperkuat kedudukan Indonesia dalam berbagai sektor seperti juga di bidang komunikasi. Penguatan konten kreatif dengan pendekatan ekonomi dan industri kreatif berbasis lokalistik menjadi syarat mutlak dalam “membumikan” dunia teori dan praksis bidang komunikasi. Oleh karena itu Universitas Indonesia melalui Departemen Ilmu Komunikasi dan Pusat Kajian Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia menggelar kegiatan yang dapat merangkum pemikiran teoritis, konseptual, metodologis dan implementasinya dalam berbagai sektor komunikasi.
Secara khusus istilah membumikan berarti suatu upaya untuk memberikan dasar-dasar yang sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan alam dan sosial yang semestinya. Jika dikaitkan dengan Ilmu Komunikasi maka dirasakan perlu menyesuaikan perkembangan Ilmu Komunikasi dengan situasi dan keadaan yang ada dalam konteks alam, sosial, ekonomi, politik dan budaya Indonesia.
Dengan demikian, mengingat pentingnya penyesuaian teori dan praktek Ilmu Komunikasi dalam konteks sosial dan budaya di Indonesia, diperlukan suatu pembahasan umum yang dapat membuka cakrawala akademisi, praktisi, dan pengambil keputusan. Pembahasan umum ini diharapkan nantinya menjadi payung dan kerangka berpikir serta konseptual dari proses membumikan ilmu komunikasi di Indonesia.
Tulisan selanjutnya di baca disini